Toleransi Agama
Fenomena Antar Umat Beragama
Tantangan kehidupan bangsa dan pembangunan
bidang agama semakin kompleks seiring perubahan masyarakat yang sangat dinamis
dalam lingkungan nasional dan global. Adanya fenomena liberalisme, materialisme
dan ekstrimisme yang merasuk ke dalam tatanan kehidupan bangsa, bila tidak
diantisipasi, bisa menjadi ancaman terhadap kehidupan beragama ketentraman
keluarga dan stabilitas masyarakat.
Indonesia sebagai Negera dengan umat islam
terbesar di dunia, beragam bahasa, budaya, ras, dan agama. Enam agama yang ada
dijamin untuk dapat menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Seperti yang
dikatakan oleh Jeremy Menchik[1]
Ia mengatakan posisi agama yang begitu penting
bagi masyarakat, membuat Indonesia menjadi negara yang sangat religius. Dia
bahkan menekankan masyarakat Indonesia lebih religius, bila dibandingkan dengan
negara demokrasi besar lain yang ada di dunia[2].
"Indonesia merupakan negara yang sangat religius, agama begitu
penting"
Jeremy menuturkan data yang ia dapatkan, kalau
persentase masyarakat Indonesia yang menganggap posisi agama sangat penting,
mencapai 98,8 persen. Persentase religius itu menjadi yang terbesar, jika
dibandingkan masyarakat Amerika Serikat dengan 71,6 persen dan India dengan
80,7 persen. Jeremy mengungkapkan persentase masyarakat Indonesia yang
menganggap tempat ibadah dapat memberi jawaban persoalan sosial, mencapai 70
persen. Persentase itu menjadi yang tertinggi dibandingkan negara demokrasi
lain, seperti Amerika Serikat dengan 41,4 persen dan India dengan 27,7 persen.
Indonesia dengan keanekaragaman agamanya
haruslah mampu mampu melestarikan nilai agamanya masing-masing. Sebagaimana
yang baru terjadi kemarin fenomena Gerhana Matahari Total (GMT). Di kota
sukabumi fenomena GMT dijadikan sebagai momen saling menghargai dan menghormati
antarumat beragama,karena bertepatan dengan Hari Raya Nyepi.
"Terjadinya GMT ini juga bertepatan dengan
Hari Raya Nyepi 1938, sehingga di saat umat Hindu tengah merayakan hari rayanya
dan umat Islam melaksanakan Shalat Kusuf atau gerhana sehingga harus dijadikan
momen saling menghargai dan menghormati antarumat beragama,"[3]
Ribuan masyarakat Kota Sukabumi melaksanakan
Solat Kusuf yang dilakukan di semua masjid, dan Solat Gerhana ini juga
dipusatkan di beberapa titik seperti Masjid Agung Kota Sukabumi, masjid besar
tingkat kecamatan, masjid jami tingkat kelurahan dan masjid jami RW.
Dalam hal ini H Amrullah Asisten 1 Pemprov
Babel, selaku Irup Hari Amal Bakti Kemenag ke 70, mengatakan "Pengembangan
konsep toleransi dan kerukunan bergama di negara RI dilakukan tanpa
membenturkannya dengan kemerdekaan memeluk agama dan keimanan masing-masing
agama, di negara berdasarkan Pancasila, tidak ada diktator mayoritas dan tirani
minoritas. Dalam kaitan itu, maka semua umat beragama dituntut untuk saling
menghormati hak dan kewajiban masing-masing. Di mana hak seseorang dibatasi
oleh hak-hak orang lain,"
Didalam beberapa kota di indonesia ada banyak
bukti kesolidaritasan antar Agama, seperti yang terjadi di Yogyakarta 30 maret
kemarin, Puluhan masyarakat dari berbagai komunitas lintas agama melakukan
kegiatan bersih-bersih sungai yang terkenal dengan Kali
Code. Bersih-bersih kali Code ini selain bertujuan untuk melestarikan
sumber daya air juga dimanfaatkan warga untuk menjalin persaudaraan lintas
agama.
Acara yang bertema reresik kali nandhur paseduluran
atau membersihkan sungai, menanam persaudaraan ini diawali dengan bersih-bersih
sungai. Kemudian dipuncaki dengan pemotongan tumpeng dan pembacaan doa lintas
agama di tengah sungai untuk kelestarian Sungai Code dan Yogyakarta pada
umumnya.[4]
Komentar
Posting Komentar