Masudi Bayu Zain (bayz) seorang seniman muda lahir di pamekasan madura jawa timur pada bulan agustus tahun 1992. Dia mengeluti dunia seni sejak masih kecil saat di sekolah dasar waru timur I di tempat dia lahir
Masudi melanjutkan sekolah MTs di desa sumber daga Waru barat. pada tahun 2008 di melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren Mambaul ulum bata-bata. Dari sanalah ia mulai serius mengeluti dunia seni khususnya seni teater dan lukis.
walaupun dia berada di suatu pondok yang dikenal salafi, jiwanya tidak dilepaskan dengan keresi seni yang ia miliki.
Pada tahun 2011 akhir ia dipercaya sebagai ketua teater eXtreme
Banyak karya yang sudah diciptakan sejak ia aktif sebagai ketua teater tersebut, diantara karya-karyanya ialah
Air di Peti Fampir, Pembalasan si Miskin, Cambukan Malaikat, Tahta di Bukit Ki Barong, Negeriku Menangis, Melawan Gelap, dan Gigitan Srigala.
Akhir 2012 ia lulus dari ponpes tersebut, dan pada bulan Agustus 2013 ia melanjutkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di kampusnya ia masuk UKM teater syahid yang hanya bertahan tujuh bulan disebabkan karena faktor organisasi yang terlalu banyak dan faktor finansial yang ia harus cari sehingga ia memutuskan untuk keluar
Namun dia tidak pernah berhenti berkarya, daya kreasinya tidak pernah padam.
Dia tidak punya alasan untuk berhenti berkarya, sedih senang ia jadikan asebagai inspirasi untuk berkarya.
Dia punya satu alasan untuk tetap berkarya
"Jika kau ingin hidup sementara maka tidurlah tapi jika kau ingin hidup selamanya maka berkaryalah"
"Negeriku Menangis"
Aku tak bisa
lagi melihat nasionalis,
Aku tak bisa
lagi melihat patriotis, dan
Aku tak bisa
lagi melihat humanis...
Bila mana 45
kau gengam dengan tragis
pancasila kau
langkahi bersama
bayang-bayang kelabu bersipu amis
bayang-bayang kelabu bersipu amis
darah dan tulang
belulang kau soroti
sebagai paradigma apatis
sebagai paradigma apatis
hanya duri
sepekulasi, eksploitasi kau bumbui
bersama tradaisi keji bak manis.
bersama tradaisi keji bak manis.
tiada bisa
kurangkai kata-kata mereka
kata, yang
disebut indoneisa.
sekali ku cari
amanahnya
mengapa kutemui bencananya.
mengapa kutemui bencananya.
Ini negeri
beneran atau negeri bohongan?
Bagaimana kau
menyruhku untuk
memamhami negeri ini
memamhami negeri ini
Sedang kau tak
memahami negerimu sendiri
Kau suruh aku
tawakal dan bertasbih
Namun kau
bermain akal tiada kenal letih..
Siang malam ku
dekap
Kuceritakan
kisah dimalam ini
untuk pertemuan siang nanti
untuk pertemuan siang nanti
Sekedar
menguraikan konstitusi
dikegelapan mata babi.
dikegelapan mata babi.
Prositusi sebagai ritual malam
Mewarnai sepanjang jalan
membisukan harapan nan bernuansa kelam
membisukan harapan nan bernuansa kelam
Ejaan hitam menjadi sebuah keindahan.
Bukankah ini
negeri harapan
Yang terbangun dengan
tangisan bukan senyuman.
15 November 2012
"Inikah Aku"
Inikah rasanya berjuang dalam
demensi lain
Memutar penglihatan membelai waktu
dengan penantian bertajuk ketuhanan
dengan penantian bertajuk ketuhanan
Walau aku menerka bahwa ini sebagai
misteri panjang
Aku tetap yakin tuhan maha besar
akan memberi jawaban
Atas cinta yang ia pancarkan..
Ku pandandangi dunia dengan cara
yang lain
Kupijaki alam ini dengan fantasi
warna-warni
Penuh arti juga misi terbesar
hidupku ini
Ada kata miring yang memberi oretan
hitam di benakku
“hahaha rupanya kau berpuasa dengan
cinta”
“hahaha kau lebih suka menyendiri, kau
hanya sibuk dengan mimpi”
Bergaung.. bergaung.. heffffmm
begitulah...!!
Inikah aku yang berjuang
matia-matian
Demi mencapai masa denpan
Inikah akau yang terus berlayar
Mendayung dan mendayung melawan
gemuruh derasnya hujan
Demi misi terbesar
Inikah aku yang kian berlari
Demi cinta anugerah Tuhan
Sebagaiamana aku melangkah
Bukan hanya persoalan cinta
Tetapi juga cita-cita.
Tak ada seorangpun yang sanggup
dengan kesendirianya
Dan tak cinta dengan cintanya
Begitu juga aku
Tuhan maha cinta
Menebarkan cinta bagi setiap insan
Cinta tak cukup hanya dengan
dipandang
Diraba atau dirasakan
Cinta butuh kesetian
Kepribadian dan pengorbanan
Adakah aku dalam itu semua
Sanggupkah aku untuk memnuhinya
Karena aku bukan lelaki
Diantara lelaki yang suka menyakiti
Maka aku tak mampu menyatakan cinta
pada bumi
Aku hanya mampu menyatakan isi hati
ke hati diantara Ilahi
Inikah aku..
Bekasi, cibitung 1-04-2016
"Hadrinya Ramadhan"
Ramadhan.... Sahru Al-siyam....
Senyuman datang
hadirkan kedamaian
hadirkan kedamaian
Pintu kebatilan terdobrak
kalam penyucian ....
kalam penyucian ....
إِذَا جأرمضان ...........
Segelintir air mata berdatangan
Fatwa keagamaan berhembusan
Tanah tangan kosong
mulai berjajaran
mulai berjajaran
Menghalang kesunyian
bersama harapan dimasa depan
bersama harapan dimasa depan
Jilat menyulap, putih berharap
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجنة.......
Dibukalah pintu-pintu surga
Dengan kata-kata yang
bertajub “RAMADHAN”
bertajub “RAMADHAN”
Indah, wibawa , manja, mutiara,
juga berkah...
juga berkah...
Bulan bersejarah,, penuh barokah....
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النار........
وصفّدت الشَّيَاطِينُ
Tertutuplah pintu-pintu neraka
Kabur tak ter
atur, tanpa terhibur, terkubur...
Bola mata-mata hitam menggaung
Ramalan hayat mantra-mantra merah
memudar,, hilang terbakar ...
memudar,, hilang terbakar ...
Ramadhan.....
Aku sembut engkau dengan senyuman ....
إِذَا جأرمضان ...........
Bulan-bulan kuracuni
Resah, payah, gundah kujubahi
Karang-karang kulangkahi
bersama benang mirah
bersama benang mirah
Lelah bercorak amarah berdaya pasrah...
وصفّدت الشَّيَاطِينُ..........
Syaitan-syaitan terbelenggu senja
bulan
Hanya rayap kecil berbisik
menyulam daya umat-umat....
menyulam daya umat-umat....
Kalimat suci terucap disetiap
putaran tasbih
Berharap noda terdengar bersih...
Ramadhan ........ syahru al-siyam....
Hadirmu, senyumku
Pergimu risalahku
Ciputat,
19 juni 2015
"Kenangan Cinta Massa lalu"
Cinta
sempat kutitipkan hatiku bersama bayangmu
Dimusim
bunga pagi yang mudah terhenyut dengan sapaan embun
Dimana
masa hanya menyisakan tiga tahun
Untuk
memancarkan cahaya cinta
Cahaya
yang membuka mata batinku
Sekedar bercumbu
dipijakan risalahmu
Kucoba
dalam demensi waktu itu memutar makna kehidupan
Kupahami
celahmu dengan citra batin putih haluan nafasku
Disaat
itu aku mulai belajar mengeja cinta dalam namamu
Merintis
harapan meneguhkan keyakinan
Bahwa
kau adalah kekasihku
Harapan
masih kusikapi akan ada jawaban
Bait-bait
cinta tertulis
Tersimpan
disetiap sudut alam semesta ini
Dedaunan,
angin, ombak, langit dan bumi
Mereka
mengutarakan salam cinta padaku
Salam
cinta yang pernah kupikat
Kini dijerat
ayat-ayat suci sebagai mana kewajibannya
Delapan
tahun lamanya tiada kudengar kisahnya
Sebuah
tanya datang dan menerka namaku
Disebuah
akun facebook tepatnya
Kutelusuri
dia segenap bahagia
Kupastikan
dia adalah cinta masa laluku
Kata ia
terjawab, kata maaf terucap, bahkan kata
Aku
telah bersama orang lain teerungkap
Jantung
seolah tak berdenyut, darah berhenti mengalir
Kuraba
warna-warni kisah cinta kala itu
Dengan
lantunan syahdu tak berbait
Hancurlah
syair yang pernah kulukiskan
Menjadi
serpihan debu tak jelas arahnya
Harapan
kala itu telah berubah
Menjadi
harapan ilahi dan layu
Harapanku
hari ini hanya sebutan bahagia
Semoga
kau bahagia dengannya
Hingga
nanti kita menuturkan cinta disurga sana
ciputat 21 april 2016
“Hitam Putih Tuhan”
Ciputat 25 Mei 2016
Surat Untuk Kartini
Habis gelap terbitlah terang
Begitulah nada yang didengungkang
Sang perempuan bergelar R.A Kartini
Perempuan dengan kesejukan hati damai
Membangkitkan semangat jiwa pertiwi
Kau tumbumkan kesetaraan
Kau dendangkan derajat kesamaan
Tak mau dipandang lemah
Kau menentang adat demi kemajuan
Di hari lahirnya
Saat mata-mata tertuju pada budaya
Tuhan mengutusnya untuk perempuan yang terkungkung
Terkekang oleh jiwa-jiwa yang terpenjara
Tak peduli jiwa yang rapuh
Tetap mengayuh tanpa mengaduh
Hingga kehendak menjadi cita
Agar perempuan tetap menjadi manusia
Ibu Kartini
Kau elegi esok pagi
Kau melawan gemuruh bumi pertiwi
Untuk menjadikannya mandiri
Terimakasihku padamu
Putri Indonesia.... Ibu Kartini
Bismilla
hirrahma al rahim...
Ku
sebut nama-Mu, Tuhan sang maha Rahman dan Rahim
Tuhan
semesta alam..
Akukah
hamba yang hanya diam diri mengharapkan
Ke ajaiban
takdir Tuhan
Akukah
manusia yang hanya tercipta mengarungi
lautan
kebodohan
Akukah
asma yang hanya sibuk mengurus
Riwayat
persoalan syetan
Tuhan
semesta alam..
Tak
mampu kucatat nikmat yang kau pancarkan
Atas
senyum, tawa riwa yang ku rasakan
Sekedar
menghitung jemari
Menelusuri
jalan tapak kehidupan
Tuhan...
Tak
mampu ku jelaskan kalam firman-Mu
Disetiap
sudut risalahku
Yang
aku tahu hanya meminta kenikmatan
Indahnya
kehidupan
Meminta
dengan telanjang
Tanpa
laku dalam uraian firman-firman....
Ihdhina
al-sirat al mustaqim
Tuhan
sang maha rahman dan rahim
Berilah
petunjuk dan kesadaran atas hamba yang dzalim
Kasihilah
cahaya sebagaimana dalam pembukaan firman
Firman
yang kau dengungkan dengan gelar Ummul Qur’an
Tuhan
semesta alam....
Limpahkanlah
hamba sebutir keistimewaan kalam
Kalam
sukmah-Mu di rantai mushaf qur’an
Dan
kosongkanlah hitam ritual syetan
Menjadi lidah putih bernilai ketuhanan.
Surat Untuk Kartini
Habis gelap terbitlah terang
Begitulah nada yang didengungkang
Sang perempuan bergelar R.A Kartini
Perempuan dengan kesejukan hati damai
Membangkitkan semangat jiwa pertiwi
Kau tumbumkan kesetaraan
Kau dendangkan derajat kesamaan
Tak mau dipandang lemah
Kau menentang adat demi kemajuan
Di hari lahirnya
Saat mata-mata tertuju pada budaya
Tuhan mengutusnya untuk perempuan yang terkungkung
Terkekang oleh jiwa-jiwa yang terpenjara
Tak peduli jiwa yang rapuh
Tetap mengayuh tanpa mengaduh
Hingga kehendak menjadi cita
Agar perempuan tetap menjadi manusia
Ibu Kartini
Kau elegi esok pagi
Kau melawan gemuruh bumi pertiwi
Untuk menjadikannya mandiri
Terimakasihku padamu
Putri Indonesia.... Ibu Kartini
Komentar
Posting Komentar